PENDAHULUAN
valuasi atau penilaian kembali terhadap perancangan
dan pembangunan tempat tinggal yang telah ada terhadap teori-teori
kenyamanan, terutama yang berhubungan dengan pengaturan dan penyediaan pencahayaan dan penghawaan, sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas di lapangan. Bagaimana sebenarnya pengetahuan masyarakat di sekitar kita tentang pemanfaatan iklim pada bangunan tempat tinggal mereka. Dan bagaimana mereka menerapkannya.
Berabad-abad
lamanya sejak sejarah mulai mencatat, manusia selalu belajar, meneliti,
dan berusaha melindungi tempat kediamannya dari pengaruh-pengaruh buruk
yang ditimbulkan oleh iklim terutama dalam hal pencahayaan dan penghawaan.
Tetapi sebaliknya, manusia juga berusaha untuk mempelajari dan meneliti
pengaruh-pengaruh yang baik dan menguntungkan untuk dapat dimanfaatkan
dengan tepat.
Sejarah membuktikan, bahwa manusia telah beradaptasi dengan lingkungannya secara alami. Hal ini dapat kita lihat pada bentuk arsitektur pada beberapa tempat di belahan bumi:
- Orang-orang
Eskimo, dengan rumah-rumahnya yang terbuat dari es, menempatkan iglonya
sedemikian rupa sehingga pintunya berada searah dengan jalannya angin
setempat (yang biasanya sangat dingin dan kencang).
- Orang-orang Indian di Amerika menempatkan pintu utama searah dengan angin
-
Orang-orang Jepang membuat teritis atap yang lebar untuk melindungi
ruangan-ruangan terhadap pengaruh buruk sinar matahari, angin, dan
hujan. Teritis atap tersebut dibuat dengan ukuran yang tepat, sehingga
pada musim hujan ruangan masih dapat dibuka selebar-lebarnya, sedangkan
pada musim dingin sinar matahari masih dapat masuk dengan leluasa ke
dalam ruangan