Konsep
adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan.
Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa
syarat-syarat suatu rencana, konteks, dan keyakinan dapat digabungkan
bersama. Suatu konsep harus mengandung kelayakan, ia menunjang
maksud-maksud dan cita-cita pokok suatu proyek dan memperhatikan
karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari
setiap proyek.
Gagasan
arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi soal
arsitektonis formal seperti siang hari, ruang, urutan ruang, integrasi
struktur dan bentuk, dan penapakan (siting) dalam bentuk alam.
Suatu tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh rancangan suatu proyek.
Gagasan
superorganisasi mengacu kepada konfigurasi geometris umum atau hirarki
yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian suatu proyek. Suatu gagasan
superorganisasi memungkinkan variasi pola di antara bagian-bagian, hanya
selama mereka memperkuat pola keseluruhan. Tujuan gagasan
superorganisasi adalah untuk memberi cukup struktur bagi pola sedemikian
rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan
keistimewaan-keistimewaannya sendiri dan masih menunjang keseluruhannya.
Parti (skema) dan esquisse
(sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dari suatu metode
pengajaran khusus, metode ini menghendaki agar dapat mengembangkan
kecakapan konseptual sampai suatu tingkat yang tinggi.
Terjemahan
harafiah adalah tujuan guna mengembangkan suatu konsep dan diagram yang
dapat menjadi rencana yang disederhanakan untuk proyek yang
bersangkutan.
Menurut
Barnes: “Sebuah bangunan harus memiliki gagasan kuat yang lebih
bersifat arsitektur daripada seni patung atau seni lukis- gagasan yang
berhubungan dengan kegiatan dalam bangunan… Bila seorang arsitek
bertanya pada arsitek lain: ‘Jenis bangunan apa yang sedang Anda buat?’
orang harus segera dapat menarik abstraks, atau diagram, dari gagasan
arsiteknya.
KONSEP DAN RANCANGAN ARSITEKTUR
Perumusan
konsep bukanlah merupakan suatu kegiatan yang otomatis. Ia memerlukan
upaya yang terpusat untuk membuat suatu konsep yang secara layak
memadukan hal-hal yang tidak dipersatukan sebelumnya. Perumusan konsep
adalah suatu kegiatan yang tidak biasa bagi kebanyakan orang, dan para
mahasiswa arsitektur mengalami banyak kesulitan untuk menguasainya
seperti juga dalam aspek-aspek perancangan yang lain. Tiga masalah
merintangi pengembangan keahlian dalam membuat konsep. Rintangan itu
meliputi tentang masalah komunikasi, kekurangan pengalaman, dan
pembangkitan hirarki.
Masalah
komunikasi yang paling sulit bukanlah menjelaskan konsep kita kepada
orang lain, melainkan dalam menjelaskan gagasan kita kepada diri
sendiri. Masalah lain yang mempengaruhi perumusan konsep adalah
komunikasi grafis. Ironisnya, banyak mahasiswa yang ragu-ragu membuat
sketsa sebagai bagian dari proses mereka dalam mengembangkan konsep.
Masalah
yang kedua, merupakan perluasan dari masalah yang pertama. Karena
banyak bangunan yang dibuat tanpa menggunakan konsep, dan hampir semua
kritikus dan banyak arsitek menghindarkan menulis tentang ini, relatif
mudahlah bagi seorang peracang yang baru mulai untuk menjadi tidak
berhasrat pada konsep-konsep dan tidak memahami peranan yang mereka
mainkan dalam perancangan bangunan.
Masalah
ketiga, dapat disederhanakan sebagai masalah mengidentifikasi
hirarki-hirarki yang tepat. Arsitek harus sanggup membuat penilaian yang
membedakan. Pemahaman akan hubungan-hubungan antara gagasan, wawasan,
dan konsep dapat membantu memecahkan ketiga masalah tersebut.
Gagasan
adalah pemikiran nyata yang spesifik yang kita miliki sebagai hasil
pemahaman, pengertian, atau pengamatan. Bangunan dan rancangan bangunan
terdiri dari banyak keputusan kecil, dan keahlian harus dikembangkan
dalam menimbulkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang tanggap
terhadap berbagai keragaman persoalan yang muncul.
Wawasan
adalah gagasan yang dianggap tidak penting, namun selalu masih terdapat
kemungkinan bahwa ada suatu dasar kebenaran yang penting yang
tersembunyi bahkan dalam setiap ucapan yang fasih. Dalam arsitektur,
suatu konsep yang tepat untuk suatu proyek mungkin terus-menerus menolak
artikulasi, dan mungkin perlu untuk menciptakan wawasan sebagai suatu
langkah dalam merumuskan suatu konsep yang tepak, baik sebagai suatu
teknik kunci dan siasat tekan harga jual rumah maupun sebagai akibat
mutlak dari kekurangan pengalaman dalam perancangan dan perumusan
konsep.
Konsep
serupa dengan gagasan, dalam arti keduanya merupakan pemikiran spesifik
yang kita miliki sebagai hasil dari suatu pemahaman. Dalam arsitektur,
suatu konsep mengidentifikasi bagaimana berbagai aspek persyaratan untuk
suatu bangunan dapat dipersatukan dalam suatu pemikiran spesifik yang
langsung mempengaruhi rancangan dan konfigurasinya.
Skenario
konseptual meluaskan pernyataan konsep, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana semua gagasan dan persoalan penting yang
dapat ditinggalkan dalam suatu pernyataan konsep yang lebih singkat
dapat dipersatukan dalam satu pernyataan cerita yang panjang. Sekalipun
bagian-bagian tiap skenario mungkin telah jelas ditetapkan dari sejak
awal, skenario menggunakan pengertian-pengertian yang diperoleh selama
proses perancangan untuk mempertalikannya bersama.
HIRARKI KONSEP
Suatu
pemahaman tenatang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep,
dan skenario konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu
proses guna melahirkan konsep-konsep yang tepat untuk bangunan.
Dalam
tahap-tahap awal suatu proyek, gagasan mempunyai kesempatan yang baik
untuk dapat dipahami, terutama bila pikiran terbuka bagi pemikiran
pembaharuan, tidak biasa, dan imajinatif, yang mungkin membantu
memecahkan perancangan yang unik atau sulit dan persyaratan yang
bersifat perencanaan. Sehingga kemiripan, kemungkinan interaksi, dan
pengelompokan gagasan menjadi nyata. Pengamatan-pengamatan ini
menciptakan dasar yang memberikan argumen terus-menerus untuk melakukan
segala sesuatu.
1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
Analogi
adalah sarana yang paling sering digunakan untuk merumuskan konsep.
Analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin di antara
benda-benda. Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas
yang diinginkan, dan dengan demikian ia menjadi model untuk proyek yang
ada.
2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)
Metafora,
mengidentifikasi hubungan di antara benda-benda. Tetapi
hubungan-hubungan ini lebih bersifat abstark dibanding nyata.
Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau
“bagaikan” untuk mengungkapan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan
mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi
mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin.
3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)
Hakikat
menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi
keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung
pengertian-pengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik
dari benda yang dianalisis. Suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu
juga dapat merupakan hasil penemuan dan identifikasi akar-akar suatu
pokok persoalan.
4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Tidak
semua konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep
melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat
dikembangkan sekitar persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang
sering dengan gamblang diidentifikasi dalam program bangunan.
5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)
Bila
arsitek tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam
konseptualisasi dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas
mereka akan lebih sulit.
Wawasan,
gagasan, konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan
kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian
akan konsep yang tepat dan penerapannya dapat membantu menciptakan
arsitektur yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar